Sabtu, 25 September 2010
“Ara… akhirnya kamu sadar juga sayang.
Mama sangat khawatir sama kamu,” tangis mama tak tertahankan lagi menyambut
terbukanya kedua kelopak mataku. “Mama, kok semuanya gelap? Kenapa ma? Aku
kenapa? Dimana aku sekarang?”, tanyaku terhadap apa yang telah terjadi padaku. Ternyata
Mercedes Benz milikku menabrak sebuah truk tronton pengangkut kaca, dan aku
ternyata telah koma selama tiga hari. Semuanya menghancurkan masa depanku. Masa
depanku menjadi curam. Mataku buta, tulang pada leher dan kaki kananku patah.
Menyebabkan aku harus menderita seumur hidupku.
“Ara nggak mau ma, Ara nggak mau kayak
gini, menderita kayak gini. Mama tolong Ara ma. Ara mau semua kembali menjadi
normal. Ara nggak tahan ma. Kalo kayak gini, lebih baik Ara mati aja ma”,
ucapku. “Sayang, mama pasti memberikan yang terbaik buat kamu. Kamu yang sabar
ya sayang. Mama janji akan berusaha sekuat yang mama mampu”, jawab mama yang
langsung membuat bendungan di mataku membanjir keluar. Tuhan, betapa berat
cobaan yang Engaku berikan kepada hamba-Mu ini. Mengapa semuanya harus terjadi
sama aku? Aku nggak bisa terus-terusan kayak gini. Tolong hamba Tuhan…
“Ma, papa ada dimana? Willy ada nggak
ngejenguk aku selama aku koma?”, tanyaku pada mama. Namun, jawaban hampa yang
aku dapatkan. Jawaban yang mama berikan tak seperti apa yang aku mau. Mama
tidak tahu dimana keberadaan papa. Mama juga nengatakan bahwa Willy tidak
pernah datang ke rumah sakit untuk menjengukku. Bahkan mungkin Willy tidak tahu
tentang kabarku sekarang ini. Yah, inilah adanya. Aku harus menerima kenyataan
pahit ini. Di balik semua ini pasti ada hikmahnya. Aku percaya bahwa semuanya
telah digariskan oleh yang di-Atas. Semoga semuanya cepat berakhir dan semuanya
kembali ke keadaan semula.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar