Kamis, Maret 03, 2011

Catatan Harianku Part 2


Rabu, 22 September 2010
Sudah lima hari ini Willy tak ada kabarnya. Ia pun tak terlihat kabarnya. Tak ada satupun teman dekatnya yang tahu keberadaan ia saat ini. “Ngelamunin apa sih lo?”, suara Nania, teman dekatku sejak kecil mengagetkan lamunanku. “Ngelamun aja lo, pagi-pagi gini juga. Gak ada kerjaan apa, emangnya lo kenapa? Kok tampang lo kusut banget dari tadi?”. Aku masih tak menghiraukan apa yang Nania katakan. Yang ada dipikiranku saat ini adalah Willy. Tak seperti biasanya ia seperti ini. Semua smsku tak dibalasnya, teleponku juga tak diangkatnya. Tuhan, kemanakah ia? Entah mengapa, aku selalu merasa ganjil jika sedang memikirkan Willy, karena pasti saat aku memikirkan ia, aku langsung terpikir pula dengan papa. Ada apa dengan mereka berdua.
Bel masuk pun berbunyi, semua siswa SMA berduyun-duyun masuk ke ruang kelas mereka masing-masing. Saat akan pulang dan mengendarai mobil, Nania mengagetkanku dengan suaranya yang boleh dibilang cukup nyaring. “Ra, gue nebeng elu yakk, gue nggak dijemput ama Pandu nih. Boleh kan? Ara kan cantik, baik, imut, rajin menabung, dan..”,ucapnya. “Eits, stop stop stop ngerayu gue. Lo itu ada maunya aja ya kayak gini. Ya udah, masuk gih”, sergahku. Selama dalam perjalanan, Nania menanyakan apa yang telah terjadi pada diriku sehingga aku bisa seperti ini. Namun aku menolak untuk menceritakannya. Nania terus memaksaku, akhirnya akupun terpaksa untuk menceritakannya pada Nania. “Yang sabar ya Ra… gue tau gimana perasaan lo saat ini”, ucapnya. “Iya, tapi sampai kapan gue mesti sabar?”, kilahku. Nania terus menenangkan aku. Dia memang sahabat yang paling baik.
“Makasih ya tumpangannya, sampai ketemu besok”, ucapnya sesampai kami di depan rumahnya. Entah mengapa, aku menjadi tidak berkonsentrasi dalam mengendarai Mercedes Benz milikku yang merupakan hadiah dari mama. Semua yang ada dipikiranku bercampur menjadi satu. Semuanya berkecamuk. Lalu tiba-tiba…. Semuanya menjadi gelap….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar