Jumat, April 20, 2012

My Diary


 "  MY BROKEN FAMILY"         

                Terkadang aku harus berpikir keras untuk mengetahui mengapa Tuhan menciptakan aku di dunia ini. Juga untuk mengetahui mengapa sampai saat ini Tuhan masih memberikan aku umur untuk hidup. Walaupun aku tak ingin lebih lama lagi hidup di dunia ini karena aku tak mau menanggung beban hidup ini lebih lama lagi. Walaupun aku sering mengadu dan merasa tak adil kepada Tuhan atas segala cobaan yang aku terima semasa hidupku.
               Aku tahu tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya. Itu artinya aku masih mempunyai cukup kekuatan untuk menghadapi semua yang terjadi dihidupku ini. ya, aku tahu semua itu. tapi definisi itu sama sekali tak membuat energiku bertambah untuk melawan semua cobaan ini. Tak ada artinya definisi itu bagiku. Aku tahu semua ini seolah memperlihatkan bahwa aku seseorang yang sangat lemah.
               Ya, pasti semua dari kalian menganggap aku ini lemah, tak berdaya, orang yang cepat putus asa, atau yang lainnya. Aku tahu itu. aku tak ingin protes kepada orang yang memberikan asumsi seperti itu kepada diriku. Karena yang tahu secara detail tentang diriku sendiri hanyalah aku dan Sang Pencipta di atas sana.
               Orang boleh menganggap aku ini cengeng, wanita lemah. Sangat mudah menangis. Terlebih pada saat derasnya air mata ini saat aku mengingat keluargaku tak sempurna. Aku terlahir dari keluarga yang broken home. Perceraian kedua orang tuaku saat aku masih berumur kurang lebih enam tahun membuatku terpuruk saat ini. Aku semakin terpuruk saat mengetahui kondisi kesehatan ayahku yang tak sempurna.
               Ia divonis mengidap penyakit jantung. Penyakit yang setiap saat dapat membunuhnya dalam waktu singkat. Aku tak tahu sejak kapan ia menderita penyakit itu. Yang jelas aku tak ingin melukainya sehingga membuatnya sakit. Karena itulah aku masih dapat menjalankan hidupku sebaik mungkin deminya, demi kesehatannya. Ia menjadi sumber kekuatan bagiku. 
Setiap saat aku berusaha untuk menjadi anak yang berprestasi. Walau aku bkan yang terbaik dikelasku, tapi aku salah satu yang terbaik, dan paling terbaik dibidang matematika. Aku memang berprestasi dibidang matematika karena aku memang suka matematika. Selama SMP, tiap tahun aku mengikuti seleksi untuk menjadi wakil kabupaten dalam perlombaan olympiade tingkat provinsi. Dan aku selalu menjadi juara satu tingkat kabupaten.
               Tapi sayangnya nasibku diprovinsi tak sebagus nasibku dikabupaten. Aku hanya dapat meraih peringkat Sembilan. Tak hanya itu, oleh sekolahku aku selalu diikutkan dalam perlombaan matematika tingkat provinsi. Aku bersyukur aku dapat menemukan bakatku di SMP. Aku juga bersyukur karena prestasiku ini, aku mendapatkan beasiswa dan penghargaa dari kabuaten yang semuanya berupa uang.
               Sehingga aku dapat mengurangi beban ibuku -walau tak seberapa- yang rela banting tulang demi menyekolahkanku  dan memenuhi kebutuhanku. Ya, semenjak kedua orang tuaku bercerai, aku tinggal bersama ibu, sementara adik laki-lakiku semata wayang tinggal bersama ayah. Ibu bekerja keras seorang diri hanya untukku. Terkadang aku merasa kasihan melihatnya. Karena itulah aku semakin bertekat untuk melakukan yang terbaik bagi ayah dan ibuku.
               Namun aku sering iri melihat teman-temanku yang bahagia bersama kedua orang tuanya. Aku ingin seperti mereka walau rasanya tak mungkin. Aku sudah pernah meminta kepada orang tuaku agar mereka kembali rujuk. Tapi ibuku tidak mau walau ayah mau. Aku sedih. Aku sering menangis dan merenung jika mengingat kembali memoriku saat mereka bertengkar hebat saat aku masih berumur enam tahun. Yang dapat aku lakukan hanyalah menulis pada diary kesayanganku karena diary adalah barang kesukaanku.
               Sempat aku berpikir mengapa Tuhan tak memberikan aku penyakit parah yang membuat umurku tak lama lagi. Sehingga pada saat terakhirku, aku bisa menitipkan pesan terakhirku “Rujuklah Kalian dengan Senyuman”. Namun rasanya itu tak mungkin karena saat ini ibu telah hidup bersama lelaki lain. Dan aku berharap semoga ibu tak akan tersakiti lagi. Sementara ayah memilih untuk tidak menikah lagi karena dia masih sangat mencintai ibu. Andaikan ada hal yang dapat aku lakukan agar mereka kembali rujuk, maka akan kulakukan itu,
               Aku sangat merindukan kasih sayang ayah, aku ingin dia ada disini menemaniku. Melihatku sudah tumbuh menjadi seorang gadis. Dan aku ingin ia ikut bertepuk tangan dihadapanku saat aku diumumkan menjadi juara ketiga dalam ujian nasional di SMPku. Ayah, aku sayang ayah. Ibu, aku menyayangimu. Dan adikku, aku merindukanmu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar