" MY BROKEN FAMILY"
Terkadang aku harus berpikir keras untuk mengetahui mengapa Tuhan menciptakan aku di dunia ini. Juga untuk mengetahui mengapa sampai saat ini Tuhan masih memberikan aku umur untuk hidup. Walaupun aku tak ingin lebih lama lagi hidup di dunia ini karena aku tak mau menanggung beban hidup ini lebih lama lagi. Walaupun aku sering mengadu dan merasa tak adil kepada Tuhan atas segala cobaan yang aku terima semasa hidupku.
Terkadang aku harus berpikir keras untuk mengetahui mengapa Tuhan menciptakan aku di dunia ini. Juga untuk mengetahui mengapa sampai saat ini Tuhan masih memberikan aku umur untuk hidup. Walaupun aku tak ingin lebih lama lagi hidup di dunia ini karena aku tak mau menanggung beban hidup ini lebih lama lagi. Walaupun aku sering mengadu dan merasa tak adil kepada Tuhan atas segala cobaan yang aku terima semasa hidupku.
Aku tahu tuhan tidak akan
memberikan cobaan diluar batas kemampuan umat-Nya. Itu artinya aku masih
mempunyai cukup kekuatan untuk menghadapi semua yang terjadi dihidupku ini. ya,
aku tahu semua itu. tapi definisi itu sama sekali tak membuat energiku
bertambah untuk melawan semua cobaan ini. Tak ada artinya definisi itu bagiku.
Aku tahu semua ini seolah memperlihatkan bahwa aku seseorang yang sangat lemah.
Ya, pasti semua dari kalian
menganggap aku ini lemah, tak berdaya, orang yang cepat putus asa, atau yang
lainnya. Aku tahu itu. aku tak ingin protes kepada orang yang memberikan asumsi
seperti itu kepada diriku. Karena yang tahu secara detail tentang diriku
sendiri hanyalah aku dan Sang Pencipta di atas sana.
Orang boleh menganggap aku ini
cengeng, wanita lemah. Sangat mudah menangis. Terlebih pada saat derasnya air
mata ini saat aku mengingat keluargaku tak sempurna. Aku terlahir dari keluarga
yang broken home. Perceraian kedua orang tuaku saat aku masih berumur kurang
lebih enam tahun membuatku terpuruk saat ini. Aku semakin terpuruk saat
mengetahui kondisi kesehatan ayahku yang tak sempurna.
Ia divonis mengidap penyakit
jantung. Penyakit yang setiap saat dapat membunuhnya dalam waktu singkat. Aku
tak tahu sejak kapan ia menderita penyakit itu. Yang jelas aku tak ingin
melukainya sehingga membuatnya sakit. Karena itulah aku masih dapat menjalankan
hidupku sebaik mungkin deminya, demi kesehatannya. Ia menjadi sumber kekuatan
bagiku.
Setiap
saat aku berusaha untuk menjadi anak yang berprestasi. Walau aku bkan yang
terbaik dikelasku, tapi aku salah satu yang terbaik, dan paling terbaik
dibidang matematika. Aku memang berprestasi dibidang matematika karena aku
memang suka matematika. Selama SMP, tiap tahun aku mengikuti seleksi untuk
menjadi wakil kabupaten dalam perlombaan olympiade tingkat provinsi. Dan aku
selalu menjadi juara satu tingkat kabupaten.
Tapi sayangnya nasibku diprovinsi
tak sebagus nasibku dikabupaten. Aku hanya dapat meraih peringkat Sembilan. Tak
hanya itu, oleh sekolahku aku selalu diikutkan dalam perlombaan matematika
tingkat provinsi. Aku bersyukur aku dapat menemukan bakatku di SMP. Aku juga
bersyukur karena prestasiku ini, aku mendapatkan beasiswa dan penghargaa dari
kabuaten yang semuanya berupa uang.
Sehingga aku dapat mengurangi
beban ibuku -walau tak seberapa- yang rela banting tulang demi
menyekolahkanku dan memenuhi
kebutuhanku. Ya, semenjak kedua orang tuaku bercerai, aku tinggal bersama ibu,
sementara adik laki-lakiku semata wayang tinggal bersama ayah. Ibu bekerja
keras seorang diri hanya untukku. Terkadang aku merasa kasihan melihatnya.
Karena itulah aku semakin bertekat untuk melakukan yang terbaik bagi ayah dan
ibuku.
Namun aku sering iri melihat
teman-temanku yang bahagia bersama kedua orang tuanya. Aku ingin seperti mereka
walau rasanya tak mungkin. Aku sudah pernah meminta kepada orang tuaku agar
mereka kembali rujuk. Tapi ibuku tidak mau walau ayah mau. Aku sedih. Aku
sering menangis dan merenung jika mengingat kembali memoriku saat mereka
bertengkar hebat saat aku masih berumur enam tahun. Yang dapat aku lakukan hanyalah
menulis pada diary kesayanganku karena diary adalah barang kesukaanku.
Aku sangat merindukan kasih
sayang ayah, aku ingin dia ada disini menemaniku. Melihatku sudah tumbuh
menjadi seorang gadis. Dan aku ingin ia ikut bertepuk tangan dihadapanku saat
aku diumumkan menjadi juara ketiga dalam ujian nasional di SMPku. Ayah, aku
sayang ayah. Ibu, aku menyayangimu. Dan adikku, aku merindukanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar