Persahabatan tak hanya
dati kata-kata
Tapi juga dari perbuatan,
hati, perasaan, dan kebahagiaan dalam duka maupun suka
Dia yang baik adalah dia
yang tak selalu datang dalam kebahagiaanmu
Tapi selalu datang saat
kesedihanmu
Iklim Sumsel
|
Sumatera Selatan
beriklim tropis yang hanya dipengaruhi dua musim sepanjang tahun, yakni musim
hujan dan musim panas, dengan suhu udara bervariasi 24 sampai 32 derajat
celcius dan tingkat kelembaban 73 sampai 84 persen.
Musim hujan relatif
jatuh pada bulan Oktober sampai April dengan curah hujan berkisar 2.100 mm
sampai 3.264 mm. Musim panas atau kemarau biasanya dimulai bulan Juni sampai
September setelah masa transisi bulan Mei.
|
Topografi Sumsel
|
Kawasan Timur sampai
garis pantai bagian daratan didominasi rawa-rawa dan lebak yang dipengaruhi
pasang surut. Tumbuhan palma dan sejenisnya serta kayu bakau merupakan
vegetasi utama kawasan itu. Di bagian tengah dan makin ke Barat merupakan
daratan rendah dan lembah-lembah luas.
Lebih jauh ke Barat
terdiri dari perbukitan dan pegunungan yang menjadi mata rantai Bukit Barisan
yang membentang di pulau Sumatera dimulai dari Aceh sampai ke Lampung.
Puncak-puncak Bukit
Barisan di Sumatera Selatan di antaranya adalah gunung Dempo (3.159 meter),
Seminung (1.954 meter), Patah (2.107 meter), gunung Bungkuk (2.125 meter) dan
lain-lain. Di kaki gunung Seminung terdapat Danau Ranau yang luasnya 128
kilometer persegi dengan panorama alam yang indah, juga ideal untuk olahraga
air, seperti ski, menyelam, renang, kano, dll.
Kawasan pegunungan dan
perbukitan ini yang sebagian besar masih diselimuti hujan lebat sampai ke
dataran rendah, umumnya berada pada ketinggian 900-1200 meter dari permukaan
laut. Kawasan ini juga merupakan sumber mata air utama dari sungai-sungai
besar di Sumatera Selatan yang sebagian besar bermuara di Selat Bangka.
Bagian daratan Sumatera
Selatan yang terdiri dari dataran rendah dan tinggi serta pegunungan itu
secara umum merupakan lahan yang potensial untuk tanaman perkebunan,
pertanian dan hortikultura. Di kawasan ini terdapat perkebunan karet, kopi,
teh, kulit manis, kelapa sawit, tanaman padi, sayur-mayur, aneka ragam
buah-buahan dengan areal yang cukup luas.
|
Flora & Fauna Sumsel
|
Pada umumnya varitas
flora dan fauna yang terdapat di Sumatera Selatan sama dengan daerah-daerah
lain terutama di Sumatera. Hutan-hutan lebat sampai padang alang-alang masih
terdapat pada ketinggian 300 meter dari permukaan laut yang ditumbuhi pula
berbagai jenis kayu yang baik untuk bahan bangunan. Antara lain kayu merawan,
unglen, kulim, meranti, merbau, dan ratusan jenis lainnya. Selain kayu juga
terdapat rotan, berbagai jenis anggrek, raflesia dan lain sebagainya.
Sedang fauna meliputi,
gajah, harimau, beruang, rusa, kambing hutan, tapir, buaya, berbagai jenis
primata seperti siamang, kera, lutung, beruk, dll. Beberapa di antaranya
merupakan binatang langka yang dilindungi. Demikian juga terdapat ratusan
jenis burung dan binatang air.
|
Penduduk, Agama, dan Sosiokultural Sumsel
|
Berdasarkan hasil
sensus tahun 2003 Sumatera Selatan berpenduduk sebanyak 6.718.791 jiwa dengan
kepadatan rata-rata 58,78 jiwa/km persegi. Penduduk asli terdiri dari
beberapa suku yang masing-masing mempunyai bahasa dan dialek sendiri. Namun
dalam komunikasi sehari-hari mempergunakan bahasa Indonesia atau bahasa
lokal.
Suku-suku tersebut
antara lain suku Palembang, Ogan, Komering, Semendo, Pasemah, Gumay, Lintang,
Musi Rawas, Meranjat, Kayuagung, Ranau, Kisam, dan lain-lain.
Semua suku ini hidup
berdampingan dan saling membaur dengan suku-suku pendatang termasuk dengan
orang asing. Bahkan banyak terjadi perkawinan antar suku.
Setiap suku memiliki
adat-istiadat dan tradisi sendiri yang acapkali tercermin dalam upacara
perkawinan dan peristiwa-peristiwa penting suatu suku. Bahkan suku-suku di
Sumatera Selatan memiliki seni dan budaya sendiri yang saling berbeda atau
hampir bersamaan.
Meski tiap kelompok
etnik memiliki corak khas dalam kebudayaan dan struktur bahasa sendiri, namun
tetap merupakan kesatuan yang sulit dipisahkan satu sama lain dalam
lingkungan hukum adat di daerah Sumatera Selatan. Mereka juga saling
mempengaruhi sehingga unsur kebudayaan yang satu terdapat juga pada
kebudayaan suku lainnya. Hal ini disebabkan adanya proses difusi, akulturasi
dan adaptasi. Kesatuan dan keseragaman kebudayaan dalam suku bangsa disadari
sendiri oleh para warganya.
Mayoritas penduduk
memeluk agama Islam yang berpengaruh pula terhadap adat istiadat, budaya dan
kehidupan sehari-hari. Hari-hari besar Islam secara umum dirayakan dengan
khitmad, seperti Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, Maulud, Isra' Mi'raj, Nuzul
Qur'an dan lain sebagainya. Masjid dan mushollah hampir terdapat di setiap
pelosok.
Kerukunan antar umat
beragama di Sumatera Selatan cukup harmonis. Di daerah ini sifat
kegotong-royongan dalam masyarakat tidak membedakan agama, suku ataupun
status sosial. Hubungan sosial lebih didasari rasa kebangsaan, sedang tata
cara dalam pergaulan sehari-hari lebih dipengaruhi adat istiadat, seperti
dalam bersopan santun, berbicara dan lain sebagainya.
Secara umum penduduk Sumatera
Selatan bersifat ramah terhadap tamu atau pendatang. Mereka juga sudah
menyerap dan beradapatasi dengan modernisasi dan umumnya bersikap terbuka
untuk hal-hal positif serta mau menerima pembaruan terutama di bidang
pembangunan.
|
Sejarah, Seni, dan Budaya Sumsel
|
Sumatera Selatan sudah
didiami manusia sejak zaman purbakala. Bukti-bukti sejarah masa lampau itu
antara lain berupa situs-situs megalit dalam berbagai bentuk dan ukuran yang
dapat disaksikan baik di museum maupun di alam terbuka.
Peninggalan kebudayaan
megalit itu merupakan hasil kreasi seni pahat para nenek moyang, terdiri dari
arca-arca batu berbentuk manusia, binatang, menhir, dolmen, punden berundak,
kubur batu, lumpang batu dan sebagainya yang berukuran kecil sampai raksasa.
Bukti-bukti peradaban pada masa 2500 - 1000 tahun sebelum Masehi itu tidak
hanya mengesankan bagi wisatawan asing maupun domestik, tetapi juga bagi para
ahli yang acapkali datang melakukan penelitian ilmiah.
Di alam terbuka,
situs-situs megalit itu sebagian besar terdapat di Kabupaten Lahat, Ogan
Komering Ulu dan Muara Enim. Keberadaan benda-benda megalit itu telah
melahirkan berbagai legenda dan mitos di kalangan masyarakat Sumatera
Selatan. Diantaranya legenda Si Pahit Lidah yang karena kesaktiannya mampu
membuat apapun yang tidak disukainya menjadi batu.
Dalam abad 7-13 Masehi,
Sumatera Selatan merupakan Pusat kekuasaan kerajaan Sriwijaya dan Palembang
sebagai ibukota kerajaan. Di masa jayanya Sriwijaya dikenal sebagai pusat
pendidikan dan ilmu pengetahuan mengenai agama Budha terbesar di Asia
Tenggara.
Pada saat itu Kerajaan
Sriwijaya dengan kekuatan armadanya yang tangguh, selain menguasai jalur
perdagangan dan pelayaran antara Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia, juga
telah menjadikan daerah ini sebagai sentra pertemuan antar bangsa. Hal ini
telah menimbulkan tranformasi budaya yang lambat laun berkembang dan
membentuk identitas baru bagi daerah ini.
Tranformasi budaya ini
terjadi pula dengan masuknya pengaruh Islam, terutama pada saat Sumatera
Selatan di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam sejak awal abad
15. Sebagian besar penduduk Sumatera Selatan sendiri sudah menganut agama
Islam sebelum Kesultanan Palembang berdiri.
Beragam faktor yang
mempengaruhi selaras perkembangan masyarakat di Sumatera Selatan itu telah
menimbulkan kebudayaan asimilasi di daerah itu baik dalam tradisi seni maupun
aspek-aspek lain dalam kehidupan.
Demikian pula rumah
tradisional Limas merupakan perpaduan arsitektur bangunan Hindu, Budha, Islam
dan rumah tradisional penduduk. Dalam seni ukir, kentara sekali pengaruh
Cina, yang sudah dominan sejak masa Sriwijaya. Upacara-upacara perkawinan,
pesta panen dan lain-lain kegiatan yang bersifat sakral di kalangan penduduk
Sumatera Selatan, juga tidak terlepas dari pengaruh asimilasi budaya itu
meskipun pengaruh Islam tetap kuat melekat.
|
Pariwisata Sumsel
|
Provinsi Sumatera
Selatan merupakan daerah tujuan wisata dan pintu gerbang ke-17 di Indonesia.
Di daerah ini para wisatawan selain dapat menikmati keindahan alam,
peninggalan sejarah, kesenian daerah dan beragam upacara tradisional, juga
dapat menikmati petualangan di alam terbuka. Daerah yang terbagi dalam 10
kabupaten 4 kota masing-masing memiliki kekhasannya sendiri. Namun ciri yang
paling khas di daerah ini adalah keramah-tamahan penduduknya dan sikap
terbuka terhadap para tamu, sekalipun bangsa asing.
Berbagai souvenir yang
mengesankan untuk dibawa pulang juga tersedia seperti songket, kerajinan
kayu, kerang, keramik, timah, batu-batu permata, bahkan makanan yang enak.
Fasilitas-fasilitas akomodasi seperti hotel-hotel berbintang sampai
penginapan yang paling murah, sarana-sarana olahraga seperti lapangan golf
sampai sanggar aerobik dan tempat-tempat rekreasi tersedia dalam jumlah yang
memadai yang semuanya dirancang untuk membetahkan para wisatawan berkunjung
ke Sumatera Selatan.
|
Cara Berkunjung ke Sumsel
|
Untuk berkunjung ke
Sumatera Selatan dapat ditempuh melalui perjalanan udara, darat, dan laut.
Melalui udara misalnya, penerbangan dari Jakarta ke airport Sultan Mahmud Badaruddin
II di Palembang, hanya ditempuh selama 47 menit. Penerbangan reguler
Jakarta-Palembang pp berlangsung 14 kali dalam sehari. Batam-Palembang setiap
hari. Penerbangan dari Singapura ke Palembang 3 kali seminggu.
Dari laut melalui
pelabuhan Boom Baru Palembang, atau Pangkal Balam di Bangka dan Tanjung
Pandan di Belitung. Sedang untuk jalan darat, dari Selatan melalui Lampung,
Utara melalui Jambi dan Barat melalui Bengkulu. Perjalanan darat ini
didominasi bus-bus penumpang yang biasanya dilengkapi berbagai fasilitas
khusus jika mengangkut para wisatawan. Perjalanan darat juga dapat ditempuh
dengan kereta api dari Lampung ke Palembang pp 2 kali sehari.
|